Minggu, 27 Oktober 2013

Jagalah Sehatmu, sebelum sakitmu datang.


Jagalah Sehatmu, sebelum sakitmu datang.

Malem ini keluar dari kantor plaza semanggi jam 06.00. rencana mau kerumah sakit medika permata hijau menjenguk seorang sahabat yang tengah terbaring di rumah sakit. Sebelum berangkat. Saya tunaikan dulu sholat magrib di kantor saya. Mesjidnya ada dilantai 7 satu dengan lantai kantor saya namun harus naik satu lantai lagi tapi pake tangga kalo pake lift gak bisa menuju kesitu. Setelah sholat  saya pun berangkat menuju rumah sakitnya. Lokasinya ada di permat hijau.
Tiba disana langsung ketemu dengan satu orang sahabat namanya ardy. Ketemunya berpapasan di parkiran. Kitapun naik menuju lantai 4 keruang 404. Ruangan dimana kang dicky ini dirawat. Sempat bingung keruangannya karena kita tidak tau dimana posisi letak ranjangnya kang dicky, karena semua  ranjangnya tertutup gorden. Ketika kami masuk akhirnya ketemu juga ranjangnya. Posisinya tepat diujung disamping kamar mandi. Saat tiba, ternyata disana sudah ada kang yusrizal yang sudah tiba lebih dulu, dengan pakaian seragam kantornya. Saya dan kang ardypun bersalaman dengan mereka berdua. Sikang ardy, menanyakan keadaan si diky. Dan mendengarkan apa yang dibicarakan, sesekali kang rizal menyambut dengan lelucon sehingga mengundang tawa kita berempat semua. Ditengah keasyikan tawa kami dan keceriaan kang dicky yang tak hentinya mengundang tawa juga. Di belakang kami diposisi ranjang yang dekat pintu keluar, disitu ada ranjang yang ditempat oleh ibu ibu dari keluarga cina. Saya juga kurang jelas melihatnya kalo bukan ibu ibu mungkin nenek nenek. Karena saya hanya sekilas menangkap wajahnya saat gorden sepintas terbuka disitu.  Disitu si nenek itu terkulai tak berdaya diatas pembaringan yang seperti beliau tak punya daya lagi untuk bergerak, dengan dua selang yang terpasang di lubang hidungnya. Terlihat begitu tersiksa. Sungguh, nikmat sehat itu begitu mahal. Ketika saya berada dirumah sakit ini.
Sebelum berangkat kerumah sakit ini tadi saya mencoba mengajak beberapa kawan kawan saya juga yang lain untuk datang menjenguk sahabat ini yang terbaring sakit. Alhamdulillah ada yang bisa datang dan ada juga yang tidak bisa hadir karena sore  ini mereka ada beberapa kendala, mungkin mereka bisa menjenguknya dihari esok. insyaAllah. Saya juga masih belajar, ketika ada sahabat yang sakit saya berusaha semampu saya untuk menjenguk beliau agar musibah yang menimpanya dapat meringankan bebannya, selain menjenguk yang sakit saya juga berusaha semampu saya untuk menghadiri undangan sahabat sahabat saya yang menikah, Kemarin ada undangan seorang sahabat saya dan saya lupa menghadirinya. Padahal beberapa hari sebelumnya saya sudah liat tanggal pernikahannya. Tapi entah kenapa saya melupakan dan melewati harinya karena kesibukan bekerja dikantor. Huff. Setelah peristiwa itu saya tiba tiba jadi termenung sendiri Kayanya ngerasa gimana gitu kalo gak hadir. Tapi Alhamdulillah semoga menjadi pelajaran buatku untuk tidak melewatkan acara acara sahabatku lagi.
Kembali ke laptop. Ups, kembali kekisah awal dirumah sakit. Ketika berbincang kembali kami saya merasa kita suara kami terlalu kencang terdengar diruangan ini. Apalagi ini untuk orang yang seharusnya sakit tapi istirahat.






Jumat, 09 November 2012

Antara dua insan



Malam semakin larut. Diatas langit terlihat hanya ada satu bintang berkerlip. hampir sejam ia menanti  disebuah halte. Namun satupun angkot yang biasa ia tumpangi belum juga lewat. Wanita itu tertunduk diam menatap ubin tepat diujung sepatunya. Sesekali mendongak pandangannya tertuju pada setiap mobil yang lewat. Sebentar sebentar ia menghela nafas gundah. 

Tampak raut wajahnya melukiskan kegelisahan. Sepuluh menit kemudian dari kejauhan  Nampak sebuah mobil honda jazz hitam meluncur dengan kecepatan normal dan berhenti tepat diujung halte. Sang pemilik  membuka pintu mobil. Nampak sebuah sosok pemuda berkacamata berparas tampan keluar dari mobil. Dari jauh terlihat dua bibirnya dengan indah menyunggingkan senyum keramahan. melangkah penuh wibawa menuju tepat dihadapan sang wanita berjilbab biru. Tatapan merekapun beradu.

Dari dekat.

“Assalamu alaikum, Raya. raya nunggu siapa?” sapanya tepat dihadapan sang wanita yang tengah duduk dibangku besi halte. Sedikit mengagetkannya.
Sekilas pandangan mereka beradu namun Pandangan wanita  tersebut segera menunduk agar tak menatap lama wajah pemuda yang kini mengajaknya bicara itu. sebenarnya Sang pemuda sejak awal sudah menyadari sikapnya. ketika mobil pemuda itu menepi didepan halte. Sang wanita sudah mengenal betul dari warna dan plat nomer mobilnya. Bahwa pemiliknya adalah seorang pemuda yang diusia mudanya kini telah menyandang gelar dokter lulusan luar negri yang pada satu kesempatan ketika sang wanita tersebut tertimpa musibah sidokter inilah yang merawatnya ketika ia menderita sakit parah. Namun rupanya masa masa itu telah lama berlalu. Tak penting juga untuk diungkit, mungkin saja sidokter ini sudah lupa. Bisik hati kecil sang dokter.

“Walaikum salam. eh, dokter. Sedikit Mengagetkan saya. dokter udah lama? Saya lagi nunggu angkot dok” katanya dengan nada lembut sekilas tatapannya kembali beradu menjawab pertanyaan sang dokter.

“Oh gituu, gimana kalo raya naik mobil saya aja, sekalian saya juga udah mau pulang kok. Kan kasian kamu pulang sendiri. Belum tentu juga angkot yang kamu tunggu disini bakalan ada lagi yang lewat. apalagi ini udah larut malam loh. Ayoo..” Kata sang dokter mempersilahkan.

“Makasih dokter, tapi maaf, saya naik angkot saja”

“Tapii raya, aku juga ga keberatan kok, ayo naik aja biar aku anter sampai rumah”

“Tapi dok!” katanya menghela nafas berat.

“Ayolah raya, ga pa2 kok, ayo” dengan terpaksa dan berat hati akhirnya iapun beranjak menuju mobil. Sang dokter dengan langkah cepat menuju pintu mobil depan dan membukakannya untuk raya sebelum raya masuk kedalam mobil.
Namun,

“Maaf dokter, saya duduk dibelakang saja” katanya sang perempuan yang sudah membuka pintu mobil tengah. Sang dokter pun tiba tiba menjadi bingung dibuatnya. Disepanjang perjalanan diatas mobil suasana mobil hening. dari pantulan kaca yang menggantung dilangit langit mobil tepat diatas kepala sang dokter. Ia memperhatikan wajah sang perempuan tersebut. Nampak diraut wajahnya dipenuhi kekhawatiran. hening. Namun sesekali ia memandang keluar kaca menikmati temaramnya malam.

Sebuah ponsel miliknya sejak tadi ia genggam erat dijemarinya. Hening. Sunyi. Tak ada satupun suara yang keluar dari mulut mereka. hanya kerlipan lampu jalan raya yang setia menemani mereka disepanjang perjalanan. Menyusuri pekatnya malam. Entah sudah sekian berapa kali sang dokter memperhatikan wajah sang perempuan dari balik  kaca mobil.

“ Saya Tidak mempunyai maksud apa apa. Apalagi untuk berbuat jahad pada raya. Saya hanya ingin mengantar raya agar cepat tiba dirumah karena saya takut raya nantinya kenapa kenapa apalagi ini sudah larut malam. Mbak raya tenang aja ya mbak."

kata sang dokter yang memulai membuka suara didalam mobil.

" Ia dokter saya percaya sama dokter. Saya sebenarnya tidak memikirkan tentang dokter   apakah akan berbuat jahat pada saya atau tidak. Namun yang sedang saya khawatirkan adalah situasi yang sekarang tengah terjadi pada diri kita berdua ini  karena berada didalam mobil berdua." Katanya pada sang dokter yang sempat membuatnya bingung.


" maksud mbak raya, Saya jadi bingung. Kita gak ngapa ngapain kan"

“ ia dokter, raya tau kita gak ngapa ngapain. Namun apa yang sekarang kita alami ini berdua didalam mobil namanya berkhalwat"
"maksud raya? saya semakin gak mengerti maksud mba raya" 

Sabtu, 03 November 2012

Ukhuwah itu begitu indah

Kehadiranmu penyembuh luka
Berada disisimu hilang dukaku
Semoga doamu membawaku ke syurga                                                              
                                                                                                                                                                                       
yisc khaifa al azhar
Malam ini ketika berbaring diatas kasur. Handphone yang tergeletak diatas meja tiba tiba berdering dengan nyaring. Saat kuangkat dari sebrang sana terdengar suara seorang pria. Ternyata suara akhi syukur. syukur tiba tiba mengabariku lewat telpon jika malam ini ada seorang kawan pengajian kami di yisc alazhar sedang dirawat dirumah sakit pelni petamburan. Insani. Yah katanya insani. syukur mengajakku untuk ikut menjenguk beliau kerumah sakit tersebut malam ini. Tanpa ada alasan apapun akupun langsung mengiyakan akan ikut juga. Akhirnya syukur membuat janji untuk bertemu denganku. Namun setengah jam kemudian syukur kembali menelponku katanya kalau dia datang menjemputku dikosan sepertinya perjalanan kesana tidak memungkinkan karena jalan sepanjang arah salemba dan tanah abang macet banget. jadinya syukur tidak jadi menjemputku namun tetap aku akan kesana tapi bersama shulton. Awalnya shulton tidak bisa ikut, katanya malam ini beliau masih banyak kerjaan yang masih menumpuk dimejanya sehingga ia harus menyelesaikannya malam ini juga. Katanya. Namun akupun mencoba membujuknya. Kalo kita mengunjungi orang sakit pahalanya gede.
Luar biasa.

Padahal hanya kalimat itu yang aku katakan lewat sms diapun langsung luluh akan ikut. Yaudah ayo tapi jam 7 yah. Katanya.
Dari salemba aku dan shultonpun langsung meluncur menuju rumah sakit dengan mengendarai motor Vario baru yang masih cling siapa lagi kalo bukan milik..ehem....dan sialnya ketika ditengah padatnya kemacetan seperti ini aku yang disuruh mengemudikan motornya.

Tiba dirumah sakit…

kami berdua langsung menuju keatas keruangan tempat dimana kamar insani dirawat. Ruang Mawar 3 ruang 315a. sambil berjalan saya ngedumel pada shulton jalannya cepet banget udah kaya istrinya udah mau ngelahirin.
Pas tiba didepan pintu ruangan insani. Waaa.. kok sepi. Gak ada anak anak. ketika kami berdua melihat suasana lorong ruangan ini. Seorang suster yang tadi kami tanyai dari jauh nyeletuk. Katanya. temennya udah pulang mungkin mas. Tapi aku gak yakin mereka udah pulang, datang aja belum, masa udah langsung pulang. Ketika kucoba menghubungi syukur lewat ponselku mereka ternyata sudah tiba namun masih ada dibawah dimesjid deket parkiran. saat mereka tahu kami berdua sudah ada diatas tepat didepan ruangan insani. mereka langsung kaget. Soalnya mereka merasa merekalah yang tiba paling pertama tapi tidak tahu kalau kami berdua sudah ada diatas. Subhanallah, luar biasayah jalinan silaturahmi para sahabatku ini mereka saling berkejar pahala demi mengurangi duka untuk mengunjungi salah satu sahabat kami yang tengah terbaring dirumah sakit.  Saya jadi terharu malam ini ketika hadir ditengah tengah mereka dan merasakan ikatan ukhuwah para sahabat sahabat pengajianku ini. Kalo ada tissue didepan aku, mungkin tissunya udah abis buat ngelap air mataku karena saking terharunya. Lebay.

Ketika ada satu anggota tubuh yang terluka maka semua anggota tubuh akan merasakan sakit. Begitulah gambaran ukhuwah yang tumbuh dalam dada kami pada sahabat sahabatku ini. Ketika satu diantara sahabat kami merasakan duka maka semua akan merasakan duka. Bukan hanya sukanya aja cokelatnya insani di makananin.  

Semoga allah selalu menjaga ukhuwah ini. Amin.

Karena menunggu lama sahabat sahabat kami yang masih dibawah. shulton 
pun  mendesakku agar masuk saja. Tapi aku bilang sebentar lagi kita tunggu dulu aja anak anak yang dibawah biar keatas dulu. Bentar lagi mungkin mereka keatas. Kataku. Sembari menunggu dan shulton yang terlihat sedang asik memainkan jemarinya diatas BBnya. Kulihat ada seorang ibu ibu yang sudah tua didorong oleh seorang suster diatas kursi roda. Ibu ini lewat dihadapan kami. Kulihat kaki kanan ibu itu dililit perban dari ujung kaki hingga keatas pahanya. Sepintas ibu itu menatapku aku tersenyum iapun membalas senyumku dengan senyumnya yang ramah. Dalam hati aku bertanya ibu ini sakit apayah kasian. Kemana anak anaknya yang seharusnya menemani dan mengurusinya. Melihat ibu itu aku jadi sejenak terdiam dan merenung. Melihat ibu itu yang sudah tua didorong diatas kursi roda dan sahabatku insani yang sedang terbaring diatas kasur karena sakit yang mendera kepalanya. Sungguh Betapa berharganya sebuah usia dan kesehatan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Ketika kita harus benar benar memanfaatkan masa muda dan masa sehat itu. Maka Pergunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu dan Pergunakanlah masa mudamu sebelum masa tuamu tiba.

*******

Karena sulton kembali mendesak. akhirnya masuklah kami keruangan insani dan mendorong pintu dengan pelan dan berjalan mengendap endap agar suara sepatu kaki tak terdengar. Jialoo. Ngapain tuh. Sebentar saya melongo kearah dua tempat tidur yang masing masing dibatasi tirai. Namun belum sempat aku menemukan wajah insani aku langsung berkata  pada sulton. Akh BBmin dulu aja insaninya biar dia tau. Takutnya ketika kita ketemu muka dengannya secara tiba tiba dia tidak mengenakan hijab. Mungkin dia bisa kaget dan terbelalak menjerit. Enggak tau deh kaya gimana tuh ekspresi. Aku jadi mikir, kita berdua ini udah kaya mau maling diruangan ini. Jalannya aja nyampe mengendap endap seperti ini biar sepatu kami ketukannya tidak terdengar. Namun yang menjadi pertanyaanku diruangan ini, apa yang mau dimalinginyah misalnya aja jika kami berdua memang bener bener niat mau maling. Misalnyaloh gak sebenernya. Malingin apayah mungkin malingin hatinya insani kaliyah, tapi apakah dapat dibagi dua. hehe

Sulton lalu membbmin insani. Kata insani yang ia kirim ke bbm sulton “ langsung masuk aja, gapa2 kok” katanya sembari sulthon memperlihatkan layar ponselnya ke wajahku. Kamipun kembali masuk keruangan insani dan sedikit mendekat ke ujung ranjang dimana insani berbaring dan diseblah saya terlihat banyak coklat yang tergeletak diatas meja. Walaupun terbaring dengan kepala yang berdenyut dan tangan yang terjulur diatas seprei putih dan sebuah infusan terpasang ditangan kanannya. Kedua Bibirnya tak henti tersenyum menyambut kami penuh keceriaan. Dan ituloh lesung pipinya gak nahan. Sultonpun membalas senyuman yang tak kalah manisnya ke arah insani. Aku hanya dapat berdehem sendiri. Sekilas aku memandangi punggung tangan insani yang bengkak dengan tonjolan seperti bulatan kelereng tepat posisi dimana suntikan infus ditancapkan. Kasian. Pasti sakit banget rasanya. Pantas saja insani tak mau banyak gerak karena jika gerak sedikit saja sakit yang terasa dipunggung tangannya akan menjalar nyerinya. Tapi ketika tadi kami baru masuk keruangannya, insani seperti agak malu malu gitu dan langsung menarik selimut dan menutupi wajahnya. He.  A aaaam…shulton. Jadi repot repot dateng. Katanya.

Hampir sepuluh menit kami mengobrol bertiga tiba tiba dari depan pintu muncullah hufron membuka pintu pertama kali lalu disusul oleh sahabat sahabat kami yang lain satu persatu memasuki ruangan hingga ruangan menjadi penuh. Hufron, Muri, Ainul, Rizka, Ana, Syukur, Dimas, Budi, ( satu lagi akhwat yang saya lupa namanya entah kenapa beliau memanggil saya dengan apaa gitu saya lupa namanya. Jos cos apa gitudeh ribet namanya dan akupun sudah lupa) malam ini Sahabat sahabat kami menyambut insani dengan senyum hangat hingga akhirnya menjadi rame. Tau kan kalau dimana ada banyak kaum wanita berkumpul pasti akan rame seperti ibu ibu arisan. Jadinya seperti malam ini ruangan disinipun menjadi gaduh. Rame .Tapi asyik. Diseblah insani sebenernya ada lagi satu pasien yang terbaring seorang ibu ibu. Dalam ruangan ini ada dua ranjang yang disediakan untuk 2 pasien. Sambil ngobrol ngalor ngidul dimana sebagian udah siap mengambil foto. menjeprat jepret terutama akh dimas yang sejak tiba ditangannya sudah stanby kamera. Selain akh dimas aku juga mulai ngikut ngikutan ngambil gambar. Kembali aku jadi mikir sebenernya kesini mau jengukin insani atau narsis narsisan yah. dimas pun akhirnya mencoba mengambil gambar. Namun entah mengapa mungkin karena mencari posisi yang pas untuk mendapatkan gambar yang bagus dimaspun langsung menyingkapkan tirai pembatas antara kamar insani dan kabar ibu tersebut. Sekilas pun ibu yang tengah terbaring diatas kasur terlihat oleh beberapa diantara kami yang berdiri dekat pintu. tapi tak lama dimas langsung menarik kembali tirai tersebut. gara gara mau foto nyampe harus rusuh gituyah. Ketika kami keluar dari ruangan insani, hendak mau pulang beberapa perawat kemudian lewat dihadapan kami. Dari ekspresi wajahnya aku dapat menangkap sebuah pertanyaan yang terlintas dibenaknya ketika mereka memperhatikan kami yang keluar dari ruangan insani secara bergerombol. Dipikiran mereka pasti bertanya. Ini orang orang masuk keruangan pasien rame rame gituyah. Itu mau jengukin orang sakit atau mau tauran yah. Mulaideh jadi sotoy soto ayam. He.



Ayusita Berikan Aku Cinta

website annida