Kehadiranmu penyembuh luka
Berada disisimu hilang dukaku
Semoga doamu membawaku ke syurga
yisc khaifa al azhar |
Malam
ini ketika berbaring diatas kasur. Handphone yang tergeletak diatas meja tiba
tiba berdering dengan nyaring. Saat kuangkat dari sebrang sana terdengar suara
seorang pria. Ternyata suara akhi syukur. syukur tiba tiba mengabariku lewat
telpon jika malam ini ada seorang kawan pengajian kami di yisc alazhar sedang dirawat
dirumah sakit pelni petamburan. Insani. Yah katanya insani. syukur mengajakku
untuk ikut menjenguk beliau kerumah sakit tersebut malam ini. Tanpa ada alasan
apapun akupun langsung mengiyakan akan ikut juga. Akhirnya syukur membuat janji
untuk bertemu denganku. Namun setengah jam kemudian syukur kembali menelponku
katanya kalau dia datang menjemputku dikosan sepertinya perjalanan kesana tidak
memungkinkan karena jalan sepanjang arah salemba dan tanah abang macet banget.
jadinya syukur tidak jadi menjemputku namun tetap aku akan kesana tapi bersama
shulton. Awalnya shulton tidak bisa ikut, katanya malam ini beliau masih banyak
kerjaan yang masih menumpuk dimejanya sehingga ia harus menyelesaikannya malam
ini juga. Katanya. Namun akupun mencoba membujuknya. Kalo kita mengunjungi
orang sakit pahalanya gede.
Luar
biasa.
Padahal
hanya kalimat itu yang aku katakan lewat sms diapun langsung luluh akan ikut.
Yaudah ayo tapi jam 7 yah. Katanya.
Dari
salemba aku dan shultonpun langsung meluncur menuju rumah sakit dengan mengendarai
motor Vario baru yang masih cling siapa lagi kalo bukan milik..ehem....dan
sialnya ketika ditengah padatnya kemacetan seperti ini aku yang disuruh
mengemudikan motornya.
Tiba
dirumah sakit…
kami
berdua langsung menuju keatas keruangan tempat dimana kamar insani dirawat.
Ruang Mawar 3 ruang 315a. sambil berjalan saya ngedumel pada shulton jalannya
cepet banget udah kaya istrinya udah mau ngelahirin.
Pas
tiba didepan pintu ruangan insani. Waaa.. kok sepi. Gak ada anak anak. ketika
kami berdua melihat suasana lorong ruangan ini. Seorang suster yang tadi kami
tanyai dari jauh nyeletuk. Katanya. temennya udah pulang mungkin mas. Tapi aku
gak yakin mereka udah pulang, datang aja belum, masa udah langsung pulang.
Ketika kucoba menghubungi syukur lewat ponselku mereka ternyata sudah tiba
namun masih ada dibawah dimesjid deket parkiran. saat mereka tahu kami berdua
sudah ada diatas tepat didepan ruangan insani. mereka langsung kaget. Soalnya
mereka merasa merekalah yang tiba paling pertama tapi tidak tahu kalau kami
berdua sudah ada diatas. Subhanallah, luar biasayah jalinan silaturahmi para sahabatku
ini mereka saling berkejar pahala demi mengurangi duka untuk mengunjungi salah
satu sahabat kami yang tengah terbaring dirumah sakit. Saya jadi terharu malam ini ketika hadir
ditengah tengah mereka dan merasakan ikatan ukhuwah para sahabat sahabat
pengajianku ini. Kalo ada tissue didepan aku, mungkin tissunya udah abis buat
ngelap air mataku karena saking terharunya. Lebay.
Ketika
ada satu anggota tubuh yang terluka maka semua anggota tubuh akan merasakan
sakit. Begitulah gambaran ukhuwah yang tumbuh dalam dada kami pada sahabat
sahabatku ini. Ketika satu diantara sahabat kami merasakan duka maka semua akan
merasakan duka. Bukan hanya sukanya aja cokelatnya insani di makananin.
Semoga
allah selalu menjaga ukhuwah ini. Amin.
Karena
menunggu lama sahabat sahabat kami yang masih dibawah. shulton
pun mendesakku agar masuk saja. Tapi aku bilang sebentar
lagi kita tunggu dulu aja anak anak yang dibawah biar keatas dulu. Bentar lagi
mungkin mereka keatas. Kataku. Sembari menunggu dan shulton yang terlihat sedang
asik memainkan jemarinya diatas BBnya. Kulihat ada seorang ibu ibu yang sudah
tua didorong oleh seorang suster diatas kursi roda. Ibu ini lewat dihadapan
kami. Kulihat kaki kanan ibu itu dililit perban dari ujung kaki hingga keatas pahanya.
Sepintas ibu itu menatapku aku tersenyum iapun membalas senyumku dengan
senyumnya yang ramah. Dalam hati aku bertanya ibu ini sakit apayah kasian.
Kemana anak anaknya yang seharusnya menemani dan mengurusinya. Melihat ibu itu aku
jadi sejenak terdiam dan merenung. Melihat ibu itu yang sudah tua didorong
diatas kursi roda dan sahabatku insani yang sedang terbaring diatas kasur
karena sakit yang mendera kepalanya. Sungguh Betapa berharganya sebuah usia dan
kesehatan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Ketika kita harus
benar benar memanfaatkan masa muda dan masa sehat itu. Maka Pergunakanlah masa
sehatmu sebelum datang masa sakitmu dan Pergunakanlah masa mudamu sebelum masa
tuamu tiba.
*******
Karena
sulton kembali mendesak. akhirnya masuklah kami keruangan insani dan mendorong pintu
dengan pelan dan berjalan mengendap endap agar suara sepatu kaki tak terdengar.
Jialoo. Ngapain tuh. Sebentar saya melongo kearah dua tempat tidur yang masing
masing dibatasi tirai. Namun belum sempat aku menemukan wajah insani aku
langsung berkata pada sulton. Akh BBmin
dulu aja insaninya biar dia tau. Takutnya ketika kita ketemu muka dengannya
secara tiba tiba dia tidak mengenakan hijab. Mungkin dia bisa kaget dan
terbelalak menjerit. Enggak tau deh kaya gimana tuh ekspresi. Aku jadi mikir,
kita berdua ini udah kaya mau maling diruangan ini. Jalannya aja nyampe
mengendap endap seperti ini biar sepatu kami ketukannya tidak terdengar. Namun
yang menjadi pertanyaanku diruangan ini, apa yang mau dimalinginyah misalnya aja
jika kami berdua memang bener bener niat mau maling. Misalnyaloh gak
sebenernya. Malingin apayah mungkin malingin hatinya insani kaliyah, tapi
apakah dapat dibagi dua. hehe
Sulton lalu membbmin insani. Kata insani yang ia kirim ke
bbm sulton “ langsung masuk aja, gapa2 kok” katanya sembari sulthon
memperlihatkan layar ponselnya ke wajahku. Kamipun kembali masuk keruangan
insani dan sedikit mendekat ke ujung ranjang dimana insani berbaring dan
diseblah saya terlihat banyak coklat yang tergeletak diatas meja. Walaupun
terbaring dengan kepala yang berdenyut dan tangan yang terjulur diatas seprei
putih dan sebuah infusan terpasang ditangan kanannya. Kedua Bibirnya tak henti
tersenyum menyambut kami penuh keceriaan. Dan ituloh lesung pipinya gak nahan.
Sultonpun membalas senyuman yang tak kalah manisnya ke arah insani. Aku hanya
dapat berdehem sendiri. Sekilas aku memandangi punggung tangan insani yang
bengkak dengan tonjolan seperti bulatan kelereng tepat posisi dimana suntikan
infus ditancapkan. Kasian. Pasti sakit banget rasanya. Pantas saja insani tak
mau banyak gerak karena jika gerak sedikit saja sakit yang terasa dipunggung
tangannya akan menjalar nyerinya. Tapi ketika tadi kami baru masuk keruangannya,
insani seperti agak malu malu gitu dan langsung menarik selimut dan menutupi
wajahnya. He. A aaaam…shulton. Jadi
repot repot dateng. Katanya.
Hampir
sepuluh menit kami mengobrol bertiga tiba tiba dari depan pintu muncullah
hufron membuka pintu pertama kali lalu disusul oleh sahabat sahabat kami yang
lain satu persatu memasuki ruangan hingga ruangan menjadi penuh. Hufron, Muri,
Ainul, Rizka, Ana, Syukur, Dimas, Budi, ( satu lagi akhwat yang saya lupa
namanya entah kenapa beliau memanggil saya dengan apaa gitu saya lupa namanya.
Jos cos apa gitudeh ribet namanya dan akupun sudah lupa) malam ini Sahabat
sahabat kami menyambut insani dengan senyum hangat hingga akhirnya menjadi
rame. Tau kan kalau dimana ada banyak kaum wanita berkumpul pasti akan rame
seperti ibu ibu arisan. Jadinya seperti malam ini ruangan disinipun menjadi
gaduh. Rame .Tapi asyik. Diseblah insani sebenernya ada lagi satu pasien yang
terbaring seorang ibu ibu. Dalam ruangan ini ada dua ranjang yang disediakan
untuk 2 pasien. Sambil ngobrol ngalor ngidul dimana sebagian udah siap
mengambil foto. menjeprat jepret terutama akh dimas yang sejak tiba ditangannya
sudah stanby kamera. Selain akh dimas aku juga mulai ngikut ngikutan ngambil
gambar. Kembali aku jadi mikir sebenernya kesini mau jengukin insani atau
narsis narsisan yah. dimas pun akhirnya mencoba mengambil gambar. Namun entah
mengapa mungkin karena mencari posisi yang pas untuk mendapatkan gambar yang
bagus dimaspun langsung menyingkapkan tirai pembatas antara kamar insani dan
kabar ibu tersebut. Sekilas pun ibu yang tengah terbaring diatas kasur terlihat
oleh beberapa diantara kami yang berdiri dekat pintu. tapi tak lama dimas
langsung menarik kembali tirai tersebut. gara gara mau foto nyampe harus rusuh
gituyah. Ketika kami keluar dari ruangan insani, hendak mau pulang beberapa
perawat kemudian lewat dihadapan kami. Dari ekspresi wajahnya aku dapat
menangkap sebuah pertanyaan yang terlintas dibenaknya ketika mereka memperhatikan
kami yang keluar dari ruangan insani secara bergerombol. Dipikiran mereka pasti
bertanya. Ini orang orang masuk keruangan pasien rame rame gituyah. Itu mau
jengukin orang sakit atau mau tauran yah. Mulaideh jadi sotoy soto ayam. He.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar