Jumat, 09 November 2012

Antara dua insan



Malam semakin larut. Diatas langit terlihat hanya ada satu bintang berkerlip. hampir sejam ia menanti  disebuah halte. Namun satupun angkot yang biasa ia tumpangi belum juga lewat. Wanita itu tertunduk diam menatap ubin tepat diujung sepatunya. Sesekali mendongak pandangannya tertuju pada setiap mobil yang lewat. Sebentar sebentar ia menghela nafas gundah. 

Tampak raut wajahnya melukiskan kegelisahan. Sepuluh menit kemudian dari kejauhan  Nampak sebuah mobil honda jazz hitam meluncur dengan kecepatan normal dan berhenti tepat diujung halte. Sang pemilik  membuka pintu mobil. Nampak sebuah sosok pemuda berkacamata berparas tampan keluar dari mobil. Dari jauh terlihat dua bibirnya dengan indah menyunggingkan senyum keramahan. melangkah penuh wibawa menuju tepat dihadapan sang wanita berjilbab biru. Tatapan merekapun beradu.

Dari dekat.

“Assalamu alaikum, Raya. raya nunggu siapa?” sapanya tepat dihadapan sang wanita yang tengah duduk dibangku besi halte. Sedikit mengagetkannya.
Sekilas pandangan mereka beradu namun Pandangan wanita  tersebut segera menunduk agar tak menatap lama wajah pemuda yang kini mengajaknya bicara itu. sebenarnya Sang pemuda sejak awal sudah menyadari sikapnya. ketika mobil pemuda itu menepi didepan halte. Sang wanita sudah mengenal betul dari warna dan plat nomer mobilnya. Bahwa pemiliknya adalah seorang pemuda yang diusia mudanya kini telah menyandang gelar dokter lulusan luar negri yang pada satu kesempatan ketika sang wanita tersebut tertimpa musibah sidokter inilah yang merawatnya ketika ia menderita sakit parah. Namun rupanya masa masa itu telah lama berlalu. Tak penting juga untuk diungkit, mungkin saja sidokter ini sudah lupa. Bisik hati kecil sang dokter.

“Walaikum salam. eh, dokter. Sedikit Mengagetkan saya. dokter udah lama? Saya lagi nunggu angkot dok” katanya dengan nada lembut sekilas tatapannya kembali beradu menjawab pertanyaan sang dokter.

“Oh gituu, gimana kalo raya naik mobil saya aja, sekalian saya juga udah mau pulang kok. Kan kasian kamu pulang sendiri. Belum tentu juga angkot yang kamu tunggu disini bakalan ada lagi yang lewat. apalagi ini udah larut malam loh. Ayoo..” Kata sang dokter mempersilahkan.

“Makasih dokter, tapi maaf, saya naik angkot saja”

“Tapii raya, aku juga ga keberatan kok, ayo naik aja biar aku anter sampai rumah”

“Tapi dok!” katanya menghela nafas berat.

“Ayolah raya, ga pa2 kok, ayo” dengan terpaksa dan berat hati akhirnya iapun beranjak menuju mobil. Sang dokter dengan langkah cepat menuju pintu mobil depan dan membukakannya untuk raya sebelum raya masuk kedalam mobil.
Namun,

“Maaf dokter, saya duduk dibelakang saja” katanya sang perempuan yang sudah membuka pintu mobil tengah. Sang dokter pun tiba tiba menjadi bingung dibuatnya. Disepanjang perjalanan diatas mobil suasana mobil hening. dari pantulan kaca yang menggantung dilangit langit mobil tepat diatas kepala sang dokter. Ia memperhatikan wajah sang perempuan tersebut. Nampak diraut wajahnya dipenuhi kekhawatiran. hening. Namun sesekali ia memandang keluar kaca menikmati temaramnya malam.

Sebuah ponsel miliknya sejak tadi ia genggam erat dijemarinya. Hening. Sunyi. Tak ada satupun suara yang keluar dari mulut mereka. hanya kerlipan lampu jalan raya yang setia menemani mereka disepanjang perjalanan. Menyusuri pekatnya malam. Entah sudah sekian berapa kali sang dokter memperhatikan wajah sang perempuan dari balik  kaca mobil.

“ Saya Tidak mempunyai maksud apa apa. Apalagi untuk berbuat jahad pada raya. Saya hanya ingin mengantar raya agar cepat tiba dirumah karena saya takut raya nantinya kenapa kenapa apalagi ini sudah larut malam. Mbak raya tenang aja ya mbak."

kata sang dokter yang memulai membuka suara didalam mobil.

" Ia dokter saya percaya sama dokter. Saya sebenarnya tidak memikirkan tentang dokter   apakah akan berbuat jahat pada saya atau tidak. Namun yang sedang saya khawatirkan adalah situasi yang sekarang tengah terjadi pada diri kita berdua ini  karena berada didalam mobil berdua." Katanya pada sang dokter yang sempat membuatnya bingung.


" maksud mbak raya, Saya jadi bingung. Kita gak ngapa ngapain kan"

“ ia dokter, raya tau kita gak ngapa ngapain. Namun apa yang sekarang kita alami ini berdua didalam mobil namanya berkhalwat"
"maksud raya? saya semakin gak mengerti maksud mba raya" 

Tidak ada komentar: