Malam semakin larut. Diatas
langit terlihat hanya ada satu bintang berkerlip. hampir sejam ia menanti disebuah halte. Namun satupun angkot yang
biasa ia tumpangi belum juga lewat. Wanita itu tertunduk diam menatap ubin
tepat diujung sepatunya. Sesekali mendongak pandangannya tertuju pada setiap mobil
yang lewat. Sebentar sebentar ia menghela nafas gundah.
Tampak
raut wajahnya melukiskan kegelisahan. Sepuluh menit kemudian dari kejauhan Nampak sebuah mobil honda jazz hitam meluncur
dengan kecepatan normal dan berhenti tepat diujung halte. Sang pemilik membuka pintu mobil. Nampak sebuah sosok
pemuda berkacamata berparas tampan keluar dari mobil. Dari jauh terlihat dua
bibirnya dengan indah menyunggingkan senyum keramahan. melangkah penuh wibawa
menuju tepat dihadapan sang wanita berjilbab biru. Tatapan merekapun beradu.
Dari dekat.
“Assalamu
alaikum, Raya. raya nunggu siapa?” sapanya tepat dihadapan sang wanita yang
tengah duduk dibangku besi halte. Sedikit mengagetkannya.
Sekilas pandangan
mereka beradu namun Pandangan wanita tersebut segera menunduk agar tak
menatap lama wajah pemuda yang kini mengajaknya bicara itu. sebenarnya Sang
pemuda sejak awal sudah menyadari sikapnya. ketika mobil pemuda itu menepi didepan
halte. Sang wanita sudah mengenal betul dari warna dan plat nomer mobilnya. Bahwa
pemiliknya adalah seorang pemuda yang diusia mudanya kini telah menyandang gelar
dokter lulusan luar negri yang pada satu kesempatan ketika sang wanita tersebut
tertimpa musibah sidokter inilah yang merawatnya ketika ia menderita sakit
parah. Namun rupanya masa masa itu telah lama berlalu. Tak penting juga untuk
diungkit, mungkin saja sidokter ini sudah lupa. Bisik hati kecil sang dokter.
“Walaikum
salam. eh, dokter. Sedikit Mengagetkan saya. dokter udah lama? Saya lagi nunggu
angkot dok” katanya dengan nada lembut sekilas tatapannya kembali beradu
menjawab pertanyaan sang dokter.
“Oh gituu,
gimana kalo raya naik mobil saya aja, sekalian saya juga udah mau pulang kok. Kan
kasian kamu pulang sendiri. Belum tentu juga angkot yang kamu tunggu disini
bakalan ada lagi yang lewat. apalagi ini udah larut malam loh. Ayoo..” Kata
sang dokter mempersilahkan.
“Makasih dokter,
tapi maaf, saya naik angkot saja”
“Tapii raya,
aku juga ga keberatan kok, ayo naik aja biar aku anter sampai rumah”
“Tapi dok!”
katanya menghela nafas berat.
“Ayolah
raya, ga pa2 kok, ayo” dengan terpaksa dan berat hati akhirnya iapun beranjak
menuju mobil. Sang dokter dengan langkah cepat menuju pintu mobil depan dan
membukakannya untuk raya sebelum raya masuk kedalam mobil.
Namun,
“Maaf
dokter, saya duduk dibelakang saja” katanya sang perempuan yang sudah membuka
pintu mobil tengah. Sang dokter pun tiba tiba menjadi bingung dibuatnya.
Disepanjang perjalanan diatas mobil suasana mobil hening. dari pantulan kaca yang
menggantung dilangit langit mobil tepat diatas kepala sang dokter. Ia memperhatikan
wajah sang perempuan tersebut. Nampak diraut wajahnya dipenuhi kekhawatiran. hening.
Namun sesekali ia memandang keluar kaca menikmati temaramnya malam.
Sebuah
ponsel miliknya sejak tadi ia genggam erat dijemarinya. Hening. Sunyi. Tak ada
satupun suara yang keluar dari mulut mereka. hanya kerlipan lampu jalan raya
yang setia menemani mereka disepanjang perjalanan. Menyusuri pekatnya malam.
Entah sudah sekian berapa kali sang dokter memperhatikan wajah sang perempuan dari
balik kaca mobil.
“ Saya Tidak mempunyai maksud apa apa. Apalagi
untuk berbuat jahad pada raya. Saya hanya ingin mengantar raya agar cepat tiba
dirumah karena saya takut raya nantinya kenapa kenapa apalagi ini sudah larut
malam. Mbak raya tenang aja ya mbak."
kata sang
dokter yang memulai membuka suara didalam mobil.
" Ia dokter saya percaya sama dokter. Saya sebenarnya tidak memikirkan tentang dokter apakah akan berbuat jahat pada saya atau tidak. Namun yang sedang saya khawatirkan adalah situasi yang sekarang tengah terjadi pada diri kita berdua ini karena berada didalam mobil berdua." Katanya pada sang dokter yang sempat membuatnya bingung.
" maksud mbak raya, Saya jadi bingung. Kita gak ngapa ngapain kan"
“ ia dokter,
raya tau kita gak ngapa ngapain. Namun apa yang sekarang kita alami ini berdua
didalam mobil namanya berkhalwat"
"maksud raya? saya semakin gak mengerti
maksud mba raya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar