Senin, 15 Oktober 2012

Hati Sekeras Batu



Aku termasuk gadis populer ketika aku bersekolah dulu. Bukan karena kepintaranku, tapi karena aku yang cantik dan selalu tampil modis. Tiap hari yang kusibukkan ketika hendak berangkat sekolah bukan PR atau tugas-tugas sekolah, namun tas warna apa yang harus aku pakai hari ini, jam tangan yang mana, dan mau kuapakan rambutku. Eyeliner dan mascara adalah hal yang wajib bagiku. Aku harus selalu memakainya, kalau tidak aku tidak PD. Mukaku seperti orang baru bangun tidur...

Aku menjadi populer karena begitu seringnya ku dipanggil ke ruang guru karena baju seragam sekolahku yang sengaja kubuat beda dari yang lain. Rok sekolah kupendekkan, baju kukecilkan dan tentu saja kukeluarkan, kaos kaki kubuat panjang hingga lutut. Aku juga memakai gelang warna-warni. Guru-guru sampai bosan menegurku, bosan menyetrapku.

Setiap upacara aku pasti selalu ditempatkan di barisan khusus. Barisan orang-orang yang terlambat dan tidak lengkap dalam memakai atribut seragam. Aku paling tidak suka memakai topi pada saat upacara. Karena setelahnya rambutku pasti berantakan. Aku memilih berpanas-panasan ketimbang harus membuat diriku terlihat ‘acak-acakan’.

Begitu populernya aku hingga banyak sekali lelaki yang mendekatiku. Aku pun mulai berpacaran. Seminggu putus, pacaran lagi. Terus seperti itu. Handphone-ku selalu berdering karena telepon atau sms dari banyak lelaki. Semuanya kuladeni.

Aku mulai berkenalan dengan club malam sejak duduk di bangku sekolah. Aku sering berbohong pada orang tuaku dengan mengatakan aku menginap di rumah teman. Padahal aku sedang clubbing. Di sana, lingkungan pergaulanku semakin luas. Aku ketagihan untuk terus clubbing. Berjoget-joget dengan riang, mendapat banyak kenalan, perasaanku senang sekali. Aku juga mulai merokok dan kenal dengan minuman di tempat ini.
Aku melanjutkan kuliahku ke kota lain. Nge-kost. Bebas rasanya tanpa pengawasan dari orangtua. Bebas pulang malam, pulang pagi, atau bahkan tidak pulang karena tak ada yang mengawasi. Aku sengaja memilih kost yang campur antara laki-laki dan perempuan agar lebih bebas.

Aku kehilangan keperawananku oleh pacarku sendiri. Tak beberapa lama, kami pun putus. Ternyata hal itu membuatku ketagihan. sejak hari itu, setiap aku berpacaran, aku pasti melakukannya.
Suatu hari, aku berkenalan dengan seseorang yang kutemui di club malam. Malam itu bertemu, esok pagi langsung jadian. Sepandai-pandai tupai meloncat, akhirnya jatuh juga. Aku mengandung! Setelah kuberitahukan hal itu padanya, ia seperti lepas tangan. Aku mendatangi ke rumahnya berharap orangtuanya bisa mencarikan solusi untukku. Ya, benar mereka mencarikan solusi untukku: mengantarkan aku pada seorang bidan yang siap menggugurkan kandunganku. Pada saat itu aku dalam keadaan bingung dan tak tau lagi harus bercerita pada siapa. Keluargaku tak boleh tau tentang ini. Aku pun menurut. Aku dibius total hingga tidak merasakan apa-apa… setelah itu keluarlah darah seperti aku sedang menstruasi. Anehnya… aku tidak merasakan perasaan bersalah sedikitpun.

Hari-hari selanjutnya aku harus rutin memeriksakan kesehatanku pada bidan itu dan memakan obat-obatan yang aku tidak tau apa. Pacarku tak menemani apalagi keluarga pacarku! Beberapa kali aku meneleponnya tidak diangkat, aku pergi mengunjungi rumahnya, alangkah kagetnya aku, mereka sekeluarga pindah! Entah kemana!
Di masa pemeriksaan rutinku itu, aku kembali berkenalan dengan seorang pria. Dia baik sekali dan selalu menemaniku. Bila aku kekurangan uang, dia selalu memberikannya dalam jumlah besar. Tentu saja aku senang sekali. Dari dialah aku mulai berkenalan dengan obat-obatan. Dan dengan dia pulalah aku kembali mengulang kesalahanku yang sama seperti yang kulakukan dengan pacarku terdahulu.

Aku kembali pada dunia malam dan harus terus memakai obat-obatan. Pacarku memutuskanku sehingga tidak ada lagi yang memberikan uang dalam jumlah besar padaku. Tak masalah… karena banyak sekali pria yang ingin berpacaran denganku.

Uang kuliah dan uang kost-ku sudah tak kubayar lagi. Barang-barangku kugadaikan untuk membeli obat. Aku kebingungan. Tidak mungkin aku terus-terusan meminta pada orang tuaku. Saat ini pacarku juga sama keadaannya denganku, hingga aku tak mungkin meminta padanya. Teman-temanku menyarankan untuk melakukan suatu pekerjaan mudah. Menemani lelaki di club malam atau ke kota tertentu. Aku bimbang. Sejauh ini aku menolak. Aku hanya mau melakukannya suka sama suka. Bukan menjual diri seperti itu. Aku pun kembali teringat dengan mantan-mantan pacarku yang kaya raya. Mereka pasti dengan senang hati memberikan uang padaku. Walau kutahu, mereka pasti menginginkan imbalan dariku. Tapi aku enggan melakukannya… alternatif lain adalah aku meminjam uang pada teman-temanku dengan berbagai macam alasan.

Kuliahku kacau. Padahal aku tau orang tuaku ingin sekali melihat aku memakai toga. Tapi aku tak tahu apakah hal itu akan terjadi atau tidak. Aku tak memiliki semangat lagi untuk kuliah.
Saat aku pulang ke kampung halaman, aku sering sekali ribut dengan kedua orang tuaku. Aku berteriak-teriak di depan muka mereka sampai ibuku menampar wajahku sambil menangis.

Baru-baru ini, aku memutuskan untuk pindah agama karena pacarku memintaku untuk satu agamanya dengannya. Karena ia mengatakan ia ingin menikahiku, maka aku pun menuruti permintaannya. Tidak ada yang tau tentang ini kecuali pacarku dan keluarganya. Entah dari mana kakak lelakiku mendengar kabar aku pindah agama, tiba-tiba saja ia mendatangiku dan memberiku bogem mentah berkali-kali.

Aku jatuh tersungkur dengan muka lebam di wajahku dan darah yang mengucur dari hidungku. Kakakku menyesali pebuatannya. Ia meminta maaf padaku sambil menangis. Aku sangat membencinya! Kalau saja dia bukan kakak kandungku, mungkin aku juga sudah menghabisinya.

Kini aku sudah berada di kampung halamanku. Orang tuaku sudah mengetahui semuanya hingga aku dipaksa oleh mereka untuk pulang. Kuliahku kutinggalkan begitu saja. Aku mengikuti saja paerintah mereka. Walau aku yakin, itu tidak akan membantu apa-apa. Aku masih diam-diam memakai obat. Dan diam-diam mengambil uang sedikit demi sedikit dari laci lemari orangtuaku. Sejauh ini, aku aman, tak pernah ketahuan.

Kisah nyata itu diceritakan oleh seorang teman secara berkala padaku, sampai aku menangkap seluruh episode kehidupannya. Terdengar klisekah cerita ini? Ya, menjadi klise karena kita sudah terlalu sering mendengarnya, karena telah begitu banyak yang mengalaminya. Hal yang tidak biasa, namun begitu sudah dilakukan berulang-ulang akan menjadi sesuatu yang biasa. Begitu pula dengan dosa. Awalnya dilakukan membuat gelisah, lama-lama tidak ada lagi perasaan bersalah.

Rasulullah menggambarkan dosa seperti sebuah titik hitam di dalam hati. Semakin banyak titik hitam di dalam hati, maka hati menjadi hitam pekat. Allah menghembuskan cahaya ke dalam hati manusia. Namun cahaya akan meredup dan padam karena tertutup oleh titik-titik hitam yang menjadikan manusia tidak mampu lagi memandang kebenaran.

Waktu terus berjalan, siang dan malam saling beradu kecepatan sementara manusia masih terlena dengan kelalaian terus berbuat kerusakkan dan mendurhakai Allah sang pemilik kerajaan...

Kelak akan ada masa dimana airmata penyesalan terus mengalir namun sudah tidak ada artinya lagi.Berikan kesempatan untuk kami memperbaiki diri, Allah…

Rasulullah bersabda, “Setan bersumpah, ‘Demi keperkasaanMu wahai Tuhan, aku tidak akan berhenti untuk menyesatkan hambaMu selama nyawa masih ada di dalam jasad mereka’. Lalu Allah berfirman ‘Demi keperkasaan, keagungan, dan ketinggian kedudukan-Ku, aku tidak akan pernah berhenti mengampuni mereka selama mereka memohon ampun padaKu (HR. Ahmad)

Ya Allah kami berlindung padaMu dari keburukan hawa nafsu dan keburukan amal kami
Siapa yang dianugerahi petunjuk olehMu, tidak akan ada seorang pun yang dapat menyesatkannya,
Siapa yang disesatkan olehMu maka tidak ada seorangpun yang bisa memberinya petunjuk
Jangan hijab hatiku, hatinya dan hati kami semua… semoga kau memberikan hidayah padaku, padanya dan kami semua…

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah; lalu keluarlah mata air daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Baqarah:74)

By: OSD -2011-

Tidak ada komentar: