Langit sore masih
dipayungi senja. Angin berhembus lembut dengan sejuknya membelai wajah kami
yang tengah duduk disudut mesjid Agung Al Azhar. Hari itu adalah Ahad sore,
suasana lingkungan tempat pengajian aku terasa dipenuhi senyum wajah bercahaya.
Disalah satu sudut Mesjid Al – Azhar aku dengan beberapa sahabatku sedang
berbincang membicarakan kembali isi kajian kami dikelas tadi. kitapun asik
saling mendengarkan uraian masing masing. Ditengah menyampaikan masukan dan
kesan kesan, diantara kami tiba tiba ada seorang wanita usia muda berparas
cantik terlihat anggun dengan pakaian muslimah yang membalut tubuhnya berjalan menghampiri
kami dan ikut nimbrung di tengah tengah kami. Wanita ini lalu menyapaku dengan
senyumnya yang manis kemudian mengulurkan tangannya hendak berkenalan,
begitupula dengan sahabat sahabatku yang ada disampingnya. Nama wanita ini
namanya nesya.
Kuperhatikan, Wanita
ini terlihat sangat ceria ketika mengajak kami ngobrol. Bibirnya tak henti
tersenyum setiap berucap. Aku lupa perbincangan apa saja yang kami obrolkan
disore itu hingga tak terasa adzan magrib hampir berkumandang dari menara diatas
kami. Saking lamanya perbincangan kami tak terasa wanita ini menjadi akrab dengan
kami. Kurasakan pribadinya sangat ramah.
Diakhir obrolan wanita ini meminta nomer handphone dan sahabat aku yang
lainnya.
keeesokan harinya
entah saat itu aku lupa hari apa. Wanita ini menghubungi saya lewat telpon dan
mengajak ketemuan direstoran Esteller gramedia matraman. Sorenya beliau
mengajak bertemu. Kebetulan Karena pas banged tidak ada kesibukan hari itu
sayapun mengiyakan akan bertemu dengannya, saya juga belum tau ada hal apa yang
hendak ingin ia ceritakan pada saya.
Ketika tiba dipintu
es teller. Mata saya mengitari setiap sudut ruangan restoran mencari si wanita
ini. Ternyata beliau belum ada diruangan. Sebuah Jawaban yang saya terima
ketika menanyakannya lewat sms. Katanya, dia sedang ada di mushollah baru saja
menunaikan sholat dhuhur. Dia berpesan agar aku menunggunya di esteller. Dari
parkiran motor akupun menuju esteller dan menunggu beliau dengan memilih duduk
dimeja paling pojok.
Sambil menunggu, aku
memesan juz alpukat.
tidak sampai 10 menit
aku menunggu dari depan pintu muncul seorang wanita perlahan berjalan
menghampiriku. Dari jauh kulihat senyumnya sudah menghiasi bibirnya. Senyum
yang ramah. Saat tiba dihadapanku, aku merasa seperti menangkap ada sesuatu yang
berbeda dari penampilannya. Tanpa melemparkan pertanyaan kearahnya ternyata
beliau dapat menangkap ekspresi wajahku yang menggambarkan ada pertanyaan ke
dirinya.
“ Saya muallaf
kak, jadinya kalo di luar lingkungan pengajian kita, aku harus ngelepas
kerudung dulu, nanti kalo udah dipengajian aku pake lagi. Soalnya ibu aku belum
tau kalo aku udah islam. Jadi gituuu kaaak” katanya dengan nada menggurui.
Saya memperhatikan
omongannya hanya mengangguk penuh arti. Sempat saya meminta dirinya untuk
menceritakan kisah hidupnya hingga bisa masuk islam. Beliau pengen certain
namun katanya belum sekarang. mungkin disatu kesempatan. Jadinya saya juga
ditulisan ini nulis tentang kisah hidupnya hingga bisa masuk islam kapan kapanyah.
He. Biar impas.
Sore itu beliau
melanjutkan bercerita tentang perusahaannya tempat dimana ia bekerja.
To Be Continue...
1 komentar:
tulisan bagus cukup menyentuh bagi pribadi saya yang membacanya. semangatyah menulisnya. he
Posting Komentar