Senin, 15 Oktober 2012

Seberkas Cahaya Menuntun Langkahnya


Langit sore masih dipayungi senja. Angin berhembus lembut dengan sejuknya membelai wajah kami yang tengah duduk disudut mesjid Agung Al Azhar. Hari itu adalah Ahad sore, suasana lingkungan tempat pengajian aku terasa dipenuhi senyum wajah bercahaya. Disalah satu sudut Mesjid Al – Azhar aku dengan beberapa sahabatku sedang berbincang membicarakan kembali isi kajian kami dikelas tadi. kitapun asik saling mendengarkan uraian masing masing. Ditengah menyampaikan masukan dan kesan kesan, diantara kami tiba tiba ada seorang wanita usia muda berparas cantik terlihat anggun dengan pakaian muslimah yang membalut tubuhnya berjalan menghampiri kami dan ikut nimbrung di tengah tengah kami. Wanita ini lalu menyapaku dengan senyumnya yang manis kemudian mengulurkan tangannya hendak berkenalan, begitupula dengan sahabat sahabatku yang ada disampingnya. Nama wanita ini namanya nesya.

Kuperhatikan, Wanita ini terlihat sangat ceria ketika mengajak kami ngobrol. Bibirnya tak henti tersenyum setiap berucap. Aku lupa perbincangan apa saja yang kami obrolkan disore itu hingga tak terasa adzan magrib hampir berkumandang dari menara diatas kami. Saking lamanya perbincangan kami tak terasa wanita ini menjadi akrab dengan kami. Kurasakan pribadinya  sangat ramah. Diakhir obrolan wanita ini meminta nomer handphone dan sahabat aku yang lainnya.

keeesokan harinya entah saat itu aku lupa hari apa. Wanita ini menghubungi saya lewat telpon dan mengajak ketemuan direstoran Esteller gramedia matraman. Sorenya beliau mengajak bertemu. Kebetulan Karena pas banged tidak ada kesibukan hari itu sayapun mengiyakan akan bertemu dengannya, saya juga belum tau ada hal apa yang hendak ingin ia ceritakan pada saya.

Ketika tiba dipintu es teller. Mata saya mengitari setiap sudut ruangan restoran mencari si wanita ini. Ternyata beliau belum ada diruangan. Sebuah Jawaban  yang saya terima ketika menanyakannya lewat sms. Katanya, dia sedang ada di mushollah baru saja menunaikan sholat dhuhur. Dia berpesan agar aku menunggunya di esteller. Dari parkiran motor akupun menuju esteller dan menunggu beliau dengan memilih duduk dimeja paling pojok.
Sambil menunggu, aku memesan juz alpukat.

tidak sampai 10 menit aku menunggu dari depan pintu muncul seorang wanita perlahan berjalan menghampiriku. Dari jauh kulihat senyumnya sudah menghiasi bibirnya. Senyum yang ramah. Saat tiba dihadapanku, aku  merasa seperti menangkap ada sesuatu yang berbeda dari penampilannya. Tanpa melemparkan pertanyaan kearahnya ternyata beliau dapat menangkap ekspresi wajahku yang menggambarkan ada pertanyaan ke dirinya.

“ Saya muallaf  kak, jadinya kalo di luar lingkungan pengajian kita, aku harus ngelepas kerudung dulu, nanti kalo udah dipengajian aku pake lagi. Soalnya ibu aku belum tau kalo aku udah islam. Jadi gituuu kaaak” katanya dengan nada menggurui.
Saya memperhatikan omongannya hanya mengangguk penuh arti. Sempat saya meminta dirinya untuk menceritakan kisah hidupnya hingga bisa masuk islam. Beliau pengen certain namun katanya belum sekarang. mungkin disatu kesempatan. Jadinya saya juga ditulisan ini nulis tentang kisah hidupnya hingga bisa masuk islam kapan kapanyah. He. Biar impas.

Sore itu beliau melanjutkan bercerita tentang perusahaannya tempat dimana ia bekerja.

To Be Continue...
















1 komentar:

Cafe Semusim mengatakan...

tulisan bagus cukup menyentuh bagi pribadi saya yang membacanya. semangatyah menulisnya. he