Senin, 15 Oktober 2012

Ketika Dompet Saya Lenyap


Malam itu, mungkin hari jumat aku lupa. Setelah keluar dari kantor, sebentar aku duduk di didepan teras. Sekitar jam sembilan malam. Saat itu pikiranku dipenuhi kegelisahan karena malam itu dompetku hilang. aku bingung harus melakukan apa. aku bingung untuk pulang kebekasi dengan apa karena nanti aku harus membayar ongkos dibis, jika dompet saya hilang seperti ini sedangkan disaku celana dan baju saya ,selembar pun tak ada uang yang tersisah semuanya tersimpan didalam dompet, belum lagi kartu atm, kartu mahasiswa, ktp saya dan yang lain lainnya, semoga yang menemukannya memiliki perasaan tulus untuk mengembalikan dompet saya. Namun saya mencoba kembali untuk menggeledah semua seisi tas saya, untuk mencoba mencari semoga ada sisa sisa uang yang masih terselip dilembar lembar buku saya atau saku tas.

Setelah setengah jam aku mengubek ubek isi tas ternyata aku tidak menemukan sepeserpun uang. Dengan kepala mulai berdenyut karena belum sempat makan, tangan yang mulai lemas, aku menundukkan kepala kebawah memandangi ubin tepat diujung sepatuku.

Bagaimana ini.  aku ingin minjem uang , tapi kawan kawan kantor saya semuanya sudah lebih dulu pulang. Sedangkan saya disini baru status karyawan baru, dan otomatis orang orang yang baru saya kenal hanyalah baru mereka mereka saja. Gak mungkinkan saya harus meminjam uang dengan menghampiri orang2 yang kini berada disamping saya, dan kemudian ngomong " Mas, gue boleh minta tolong gak, dompet gue ilang, gue udah gak punya duit, gue pengen balik tapi ongkos gue gak ada lagi, gue pengen nelpon temen gue tapi hape gue juga mati total" yang terlihat dengan lezatnya tengah menyantap somay walopun, memang dia juga termasuk karyawan karyawan yang bekerja ditempat saya, namun yang membedakan  saya dengan mereka, mereka enggak satu divisi dengan saya apalagi kantor yang saya tempati kerja ini merupakan perusahaan besar dan pasti terdiri dari banyak posisi jabatan yang tersedia.

Setelah selesai mengubek ubek isi tas,  saya mencoba menyenderkan punggung saya pada dinding tembok bunga taman dengan melorotkan punggung saya kedasar ubin. saya mencoba memaksa otak saya untuk lebih berfikir keras agar dapat menemukan jalan keluar dari problem yang tengah melanda saya malam ini. Dengan meletakkan dua telapak tangan diwajah, sayapun menjadi semakin pusing. malampun semakin larut. mobil mobil yang melintas dihadapan saya sedikit demi sedikit mulai berkurang. dan sepi.

Tentu saya tidak akan sepusing saat ini jika ponsel saya juga  mencoba mendukung keadaan malam ini. Namun sebaliknya ia sangat tidak mendukung. Kronologisnya, sejam tadi ternyata baterinya hanya tinggal satu, dan akhirnya ia lowbat dan mati total. Dan kini Saya bingung siapa yang harus saya hubungi  dengan waktu semalam ini sedangkan ponsel saya kini mati total ditambah rumah kawan kawan kampus saya dari daerah ini setahu saya sangat jauh tidak ada yang dekat.  

Kembali saya melirik jam tangan dengan menanyai jam tangan orang yang ada diseblah saya. Ternyata sudah pukul 10 malam. dibawah kerlipan lampu jalan raya dengan cahaya yang menguning yang menghiasi sisi sisi jalan raya dengan tiang yang berdiri kokoh yang berada didepan halaman kantor saya. sejenak saya mendongakkan pandangan keatas menatap langit malam  ternyata nampak bintang bintang diatas sana berkerlip dengan indahnya namun ternyata cahanya nampak sedikit mulai meredup mengisyaratkan ia sepertinya merasakan apa yang tengah saya alami malam ini. 
dengan kehilangan dompet, selembarpun tak memiliki uang, perut sejak tadi merasakan nyeri karena laparnya, hanya ada satu hal yang dapat saya lakukan malam ini. Saya pun bertekad untuk berjalan kaki dari kantor hingga kekampus FKUI Salemba. Disana ada masjid Arh-FKUI yang niatnya nanti saya dapat tempati untuk itikaf saja, daripada saya disini tidak menemukan jalan keluar sendangkan waktupun semakin merangkak saja menuju malam yang semakin larut dan sepi. Jika diukur untuk berapa jarak dan jauhnya antara kantor saya yang letaknya ada didepan bunderan tugu tani dekat kwitang daerah jalan prapatan ini hingga kekampus FKUI. Jika diitung untuk ongkos naik mikrolet saja bisa mengeluarkan uang 3 ribu rupiah. Mungkin dari ongkos itulah dapat diitung jarak jauh yang harus saya tempuh untuk jalan kaki untuk tiba di kampus FKUI.

Pertanyaannya…..( apakah saya benar benar melakukan tindakan ini, dengan berjalan kaki dari kantor saya hingga kekampus FKUI di masjid Arh-. )
To be continue…………..tunggu kelanjutannya……………..

Tidak ada komentar: